Hari-hari terakhir Rasulullah SAW Meninggal
Sejak sampai kembali di Madinah dari perjalanan mengerjakan ibadah "haji wada'" yang amat terkenal itu dalam bulan Dzulhijjah tahun 10 hijriah, terlihat kesehatan Rasulullah saw menurun. Dalam keadaan yang kurang enak badan, bulan-bulan berikutnya di tahun 11 hijriah, beliau masih memikirkan lalu menyiapkan sebuah ekspedisi baru yang hendak dikirim ke Syria. Sebuah ekspedisi baru yang akan melawan koalisi pasukan Byzantine-Ghassanide, yang pernah mengalahan kaum muslimin pada tahun 8 hijriah di Mut'ah (sekitar seribu km ke arah utara dari kota Madinah). Masih dalam rangka urusan administrasi negara, kira-kira dalam bulan yang sama, beliau mendiktekan surat kepada suku Himyar di Yaman, untuk tidak mengikuti nabi-nabi palsu yang bermunculan sana-sini.
Di awal bulan Rabi'ul awwal, tengah malam, ketika Rasulullah saw berada di rumah 'Aisyah, beliau bangkit tiba-tiba, lalu pergi disertai salah seorang pembantu, menuju ke Baqi', kuburan tempat sahabat-sahabat beliau dimakamkan (sekitar 300 meter ke arah timur dari Masjid Nabawi). "Saya mendapat perintah untuk mendoakan ahli Baqi' al-Gharqad. Mari pergi bersama ku", begitu ajak Rasulullah saw kepada pembantunya. Sesampai di kuburan, beliau bersalam "Kedamaian atas kalian, penghuni-penghuni nisan. Alangkah bahagianya kalian! Kalian telah menempati tempat yang lebih menyenangkan dari pada kami yang masih di dunia. Fitnah akan datang berturut-turut bagaikan perampok-perampok di malam gelap, yang satu lebih berbahaya dari yang lain."
Kemudian beliau berbalik padaku, begitu kata sang perawi, dan bersabda "Aku diberi kesempatan untuk memilih antara kunci-kunci kejayaan dunia, hidup yang panjang, lalu diikuti dengan surga, atau memilih menemui Tuhanku sekarang." Saya langsung saja meminta agar beliau memilih yang pertama, namun beliau melanjutkan bahwa telah dipilihnya pilihan kedua. Selanjutnya beliau berdoa untuk mereka yang telah meninggal dan pulang ke rumah kembali. Demikianlah sejak saat itu, menurut pengamatan perawi, Rasulullah saw mulai menderita sakit yang membawa beliau menghadap Allah swt.
Sepulang dari peristiwa Baqi' itu kepala beliau terasa amat sakit. Pada saat yang sama 'Aisyah ra juga merasakan sakit kepala. Langsung saja mengaduh "Aduh, kepalaku!". Rasulullah saw langsung memotong "Bukan kamu 'Aisyah, mestinya aku yang mengaduh begitu!" Besoknya, adalah giliran untuk tinggal di rumah Maimunah, isteri beliau yang lain. Di sini suhu badan beliau naik tinggi lalu pingsan. Setelah siuman, sebahagian anggota keluarga menganjurkan, agar beliau selama masih merasakan kesehatannya kurang baik untuk menetap saja di salah satu istri beliau. Di hadapan semua istri, beliau meminta untuk bisa menetap bersama 'Aisyah ra. Hal ini disepakati mereka semua.
Seminggu sebelum Rasulullah saw meninggal catatan dari para perawi semakin jelas. Hari itu tanggal 6 Rabi'ul Awwal tahun 11 hijrah, Rasulullah saw merasa agak enak. Beliau hendak mandi dan keluar bertemu dengan > sahabat-sahabat di masjid. Beliau meminta: "Tuangkanlah untukku tujuh ember air yang segar dari tujuh sumur yang berbeda. Aku hendak keluar menemui orang-orang mukmin untuk mengajari mereka".
Setelah selesai shalat, Rasulullah saw menuju mimbar. Terdengar saat itu beliau berbisik-bisik, mendo'akan para syuhada' Uhud, meminta Allah swt agar mengampuni mereka. Lalu beliau berpidato: "Allah memberi kesempatan pada salah seorang hambanya untuk memilih antara kehidupan dunia dan kehidupan di sisi-Nya. Ia memilih yang terakhir".
Rupanya saat itu Abu Bakar ra memahami bahwa yang dimaksud Rasulullah saw tadi adalah dirinya sendiri. Abu Bakar langsung menangis. "Jangan! Biarlah kami semua dan anak-anak kami menjadi pengganti." Sebagai jawaban untuk Abu Bakar, Rasulullah saw meminta untuk menutup semua pintu yang menghadap ke masjid kecuali pintu rumah Abu Bakar. Lalu beliau melanjutkan pidatonya :
"Kalian semua, wahai kaum Ansar, bersikap baiklah kepada mereka yang telah kalian beri tempat berlindung. Dan kalian semua, wahai kaum Muhajirin, orang-orang Ansar adalah orang-orang yang amat kucintai, karena di sisi merekalah aku menemukan tempat berlindung. Sebab itu, mulyakanlah mereka dan bersikap baiklah kepada mereka! Lalu beliau lanjutkan dengan membaca beberapa ayat Al-Quran sebagai wejangan." Rasulullah saw turun dari mimbar, lelah dan hampir pingsan. Beliau dipapah pulang ke rumah. Inilah saat terakhir Rasulullah saw keluar di hadapan khalayak ramai, karena sesampai di rumah, beliau jatuh pingsan. Mungkin karena cemas, istri-istri beliau mencarikan seorang perawat yang memberikan obat. Ketika Rasulullah saw sadar, beliau menanyakan tentang obat itu. Rupanya hal tersebut tidak menyenangkan hati
beliau. Mungkin karena beliau tidak terlalu percaya kepada perawat yang bukan seorang muslim.
Tanggal 7 dan 8 Rabi'ul Awwal, kesehatan Rasulullah saw memburuk. Beliau tidak lagi pergi mengimami shalat di masjid seperti biasanya. Salat berjama'ah diserahkan di bawah pimpinan Abu Bakar. Tanggal 9 Rabi'ul Awwal. Rasulullah saw kelihatan agak membaik. Beberapa sahabat yang setia mengunjungi beliau. Sambil berbaring, melihat mereka, mata beliau berkaca-kaca. Beliau lalu meminta untuk duduk dibantu oleh Fadhl ibn 'Abbas, sepupu beliau. Rasulullah saw lalu berbicara: "Selamat datang kalian semua! Semoga rahmat Allah tercurah atas kalian! Semoga Ia menguatkan kalian, menyediakan tempat bagi kalian di sorga! Semoga Ia menjaga kalian, membimbing kalian ke jalan yang lurus, menghindarkan kalian dari keburukan, menolong kalian dan mengangkat derajat kalian! Semoga Ia selalu bersedia mencurahkan karunia-Nya atas kalian! Saya wasiatkan agar kalian selalu bertakwa pada-Nya. Saya titipkan kalian pada-Nya dan saya memohon pada-Nya kebaikan untuk kalian. Saya wasiatkan agar kalian selalu takut pada-Nya, karena hanya dari-Nyalah aku membawa janji-janji dan ancaman-ancaman. Janganlah kalian berbuat durhaka di kerajaan-Nya."
Setelah itu, Rasulullah saw berbaring kembali. Menurut Ath-Thabari, Rasulullah saw masih sempat berwasiat bagaimana nanti cara menguburkan beliau. Selanjutnya suhu badan beliau naik lagi, lidah menjadi kaku, mata semakin dalam dan jatuh pingsan kembali. Begitulah keadaan beliau antara sadar dan pingsan sampai malam tanggal 12 Rabi'ul Awwal.
Pagi itu hari Senin, Subuh, tanggal 13 Rabi'ul Awwal tahun 11 hijriah (8 Juni 632 m). Seakan terjadi mukjizat, Rasulullah saw melihat dari jendela yang menghadap ke masjid, ketika salat hendak didirikan. Abu Bakar yang sudah siap-siap langsung mundur, masuk ke saf. Rasulullah saw keluar, namun tetap meminta Abu Bakar untuk mengimami, sedang beliau salat duduk di belakangnya. Sahabat-sahabat yang hadir, semua gembira menyangka bahwa Rasulullah saw kembali sembuh. Bahkan 'Ali teriak-teriak bahwa Rasulullah saw sudah sembuh. Abu Bakar bahkan meminta izin diperkenankan untuk pergi ke rumah Habibah dan diizinkan.
Ternyata dugaan para sahabat salah. Sesampainya di rumah, beliau berbaring kembali. 'Aisyah ra mencarikan "siwak" untuk dipakai gosok gigi. Lalu dipangkunya suaminya tercinta. Rasulullah saw menggosok giginya kuat-kuat, tak pernah 'Aisyah melihat sebelumnya Rasulullah saw menggosok begitu kuat. Lalu "siwak" di lepaskan.
"Saya merasa bahwa kepalanya semakin berat di dadaku, kata 'Aisyah. Saya berusaha melihat wajahnya. Matanya terlihat memancar dan kudengar berbisik: "Teman yang paling menyenang kan adalah yang di sana." Saat itu aku sadar bahwa nyawa beliau telah melayang."
Mulailah deru tangis bersautan, sambil menepuk pipi dan dada. Abu Bakar yang diberi tahu langsung datang. Ditutupinya jasad beliau dengan sebuah kain dari Yaman, seperti Rasulullah saw biasanya suka. 'Umar ibn Khattab yang belum bisa menerima kematian Rasulullah saw berputar-putar berpidato "Munafik, kalian katakan mungkin bahwa Rasulullah telah meninggal. Sesungguhnya ia tidak meninggal. Ia pergi menghadap Tuhannya sebagaimana Musa yang tak terlihat selama 40 hari, lalu balik lagi, sedang orang-orang bilang bahwa ia telah meninggal. Ya, Rasulullah akan balik, seperti dulu Musa juga balik. Ia akan memotong tangan dan kaki siapa yang mengatakan bahwa ia telah meninggal."
Abu Bakar langsung mencegah 'Umar. "Jangan berkata begitu Umar, karena Allah telah mewahyukan pada Rasul-Nya "Kau akan meninggal, seperti mereka semua juga akan meninggal." Lalu Abu Bakar menghadap khalayak dan angkat suara : "Wahai orang-orang muslim, barangsiapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tak bakal meninggal. Lalu dibaca Surat Ali 'Imran : "Muhammad hanyalah seorang rasul. Rasul-rasul lain telah mendahuluinya. Lalu bila ia meninggal atau terbunuh, apakah kalian akan angkat kaki dan berbalik? Siapa yang berbalik tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah membalas siapa saja yang pandai bersyukur."
Saat itu tengah hari. Di sisi lain mulailah pembicaraan mengenai suksesi di Tsaqifah Bani Sa'idah, sekitar 700 meter dari rumah 'Aisyah. Di penghujung hari Abu Bakar terpilih sebagai khalifah. Besok paginya, tanggal 14 Rabi'ul Awwal mayat Rasulullah baru dikuburkan. Mayatnya dibungkus tiga kain, dua kain putih dan sebuah kain berajut dari Yaman. Beliau dikuburkan tepat dimana beliau wafat.
Sampai di sini berakhirlah Muhammad sebagai manusia, namun di saat yang sama mulailah keabadian nama beliau dalam ingatan dunia.
Shallilahumma 'alayka ya khatima rusulillah!
Wassalam
Imam Puji Hartono
AMC Assets Administration - BPPN
Komentar
Posting Komentar